Petani Jeruk Asal Air Talas Merubah Tanah Gersang Menjadi Subur

Ketua kelompok Tani Tunas Hijau desa air talas

Dengan perjuangan yang extra ketua kelompok Tani Tunas Hijau Khairi Anam (42) petani jeruk asal desa Air Talas kecamatan Rambang Niru kabupaten Muara Enim menanam jeruk di Ek lahan Kelapa sawit dengan luas tanaman jeruk kita kurang lebih 150 hektar ini terpapar penyakit terkena penyakit CBPD atau  jamur CVT tersebut menyerang tanaman jeruk harus ada kekosongan kurang lebih 9-10 tahun di areal tersebut. 

Artinya tidak akan ada kehidupan untuk budidaya jeruk lagi hama tersebut bertahan sampai 9 tahun kemudian pada tahun berikutnya di tahun 2011 ada yang menguji coba lagi membudidaya jeruk kurang lebih 3000 tanaman tetapi hanya bertahan 6 bulan  belum menghasilkan itu udah mati lagi 3 ribu tanaman. 

Mayoritas petani jeruk didesa air talas kemudian ada kekosongan sekitar 2 tahun ada yang coba lagi di 2014 orang mulai ditanam jeruk coba lagi pada saat itu belum tersentuh dengan agen hayati trichoderma ini ya topik yang kita angkat ini jamur jamur  trichoderma atau agen hayati jadi nanti kita bahas trik itu daruratnya kita masuk ke tanaman dulu jadi 2014 kemudian di situ pertama kurang lebih sekitar 9000 orang budidaya jeruk. 

Alhamdulillah maka di situ ada lagi jamur yang masuk yaitu sifatnya jamur Upas sehingga dari 1500 barang dari 80 hektar beralih fungsi  karena ada kerusakan yang parah hampir 85% pada tanaman jeruk sehingga orang lebih cenderung memilih menanam kelapa sawit karena tidak beresiko nah kemudian masuklah bantuan Dari Pertamina 2019 mereka sudah masuk dari 2018 sebenarnya sudah ada hanya baru  perkenalan kemudian di puncaknya 2019 mulai pendekatan-pendekatan kurang lebih di tahun 2021 masuk 2022 kita sosialisasikan tentang agen hayati ke petani sehingga langsung signifikan  enggak butuh waktu lama kurang lebih sekitar 6 bulan kita kasih masukan kepada petani kita obati tanaman jeruk yang sudah terpapar oleh jamur kupas ada jamur putih tunggal possarium jadi bervariasi jamurnya Alhamdulillah untuk saat ini masih bertahan di angka 70 hektar itu masih bertahan sehingga  komoditi jeruk untuk saat ini di air talas boleh dikatakan berangsur membaik jadi secara ekonomi yang tadinya sudah tidak ada penghasilan sudah sekarang sudah ada penghasilan yang memadai. 

Awal petani tidak tertarik dengan agen hayati ini karena masih menganggap agen hayati ini nggak masuk akal nggak mungkin akhirnya di lapangan kita ada demplot jeruk yang sudah divonis bahwasanya harus dicabut dengan kerusakan 85% tetapi kita masuk kita kasih agen hayati enggak butuh waktu lama waktu cuma satu bulan jeruk tersebut sekarang sudah kembali normal kemudian yang sudah divonis 400 tanaman enggak bakalan menghasilkan sekarang cenderung di bulan ke 6 ini insya Allah kalau enggak ada halangan sekitar 9 ton itu turun buahnya. 

Aartinya secara  untuk pertahanan agen hayati ini atau trichoderma yang kita kembangkan di desa air talas ini cukup baik ya maksimal kebetulan yang kita kembangkan dua macam ada yang cair dan juga ada yang padat jadi bahan yang kita gunakan sangat sederhana nggak harus beli mahal kita pakai karbohidrat tinggi pemancingannya pakai nasi tapi nasi yang masih bagus kita pancing di peraratan bambu  yang memang tidak pernah  tercampur oleh kimia paling tidak atau sudah pernah kena bahan seperti herbisida tapi dalam  jangka lama nah sehingga di situ lebih memudahkan untuk tumbuhnya jamur untuk saat ini warga yang sudah tertarik kurang lebih sekitar 24 orang dari tanaman hampir di 12.000 tanaman jadi itu sudah terselamatkan

Pada tahun 2020 kita tidak pernah keluar karena jeruk kita kita buka secara wisata Kita buka wisata jeruk sehingga memang cenderung habis di air talas aja ya agrowisata kalau untuk agrowisata kita buka petik sendiri makan sendiri makan sepuasnya itu di harga dibanderol Rp15.000 untuk 1 kg tapi kalau iya jadi salah satu penghasil jeruk termanis lah untuk di kabupaten Muara Enim harapannya sih seperti itu ya hanya saja di 2023 kemarin kita keluar buah jeruknya diangka 300 sampai 400 ton itu nggak sempat keluar cukup habis di dalam masih kurang.

Kita sudah sangat berkembang ya Jadi tidak cukup di Sumatera Selatan beberapa hari yang lalu kita juga meluncur ke Pulau Bali jadi di situ kita mendirikan beberapa komunitas karena di Pulau Bali untuk saat ini angka kehancuran tanaman jeruk itu 90%, sehingga kita masuk kita bawa agen hayatinya dari sini dengan teman-teman Dari Pertamina kemudian kita sosialisasikan dan alhamdulillah terutama di Bali Utara ada 7 orang sekarang yang sudah mulai ya Bali Utara daerah dan juga daerah Buleleng kabupaten Buleleng sih sementara untuk penghasilan sebenarnya kita lebih lebih arah sosialisasi ya bukan dibanderol dengan harga sekian

Setidaknya petani tersebut mau dulu menggunakan pupuk hayati pertama sebenarnya kita tidak pengen jual tapi kita mengajari sehingga petani tahu semua bagaimana cara membuat agen hayati sehingga sekarang di air talas sudah ada 9 pelaku pembuat agen hayati trikoderma . (Mulwadi) 

No comments

Powered by Blogger.